Tuesday 24 January 2012

Di manakah Kesalahannya?

Jika kita mengamati kehidupan beberapa atau kebanyakan orang kristen di masa sekarang, sepertinya sudah banyak yang tidak lagi menarik. Gaya hidup yang sudah saling tidak mau tahu baik kepada sesama teman atau jemaat di gereja bahkan kepada masyarakat di sekitar semakin menjadi-jadi. Dan sepertinya hal ini menjadi gaya hidup yang biasa-biasa saja di beberapa gereja, terutama gereja yang memiliki jemaat banyak.

Padahal, jika kita memperhatikan panggilan hidup orang Kristen seharusnya orang Kristen menjadi garam dan terang dunia.

Siapa sih di dunia ini yang tidak mengenal garam? Siapa sih di dunia ini yang tidak suka dengan garam. Bahkan semua orang setuju, jika masakan tanpa garam akan menjadi hambar.

Siapa sih di dunia ini yang tidak mengenal dan membutuhkan terang? Setiap orang perlu terang, kecuali orang-orang yang suka bekerja dalam kegelapan (berbuat dosa).

Karena itu, sudah seharusnya hidup orang Kristen disukai oleh semua orang.

Tetapi apa yang terjadi? Banyak hidup orang Kristen tidak jadi berkat. Banyak hidup orang Kristen tidak menjadi pembawa damai. Banyak hidup orang Kristen tidak menjadi inspirasi bagi orang lain. Dan yang membuat hal ini semakin menyedihkan adalah; mereka yang memiliki hidup seperti itu, juga sibuk aktif di gereja.

Sebenarnya, di manakah letak kesalahannya?

Saya mencoba meneliti dan memahami apa yang dikatakan dalam Kisah Para Rasul 2:41-47; 4:32-37. Dan dari hasil penelitian saya dari bahan ini, saya mulai menemukan jawaban dari pertanyaan di atas.

Kisah Para Rasul memberitahukan kepada kita bahwa kehidupan yang sangat indah terjadi di sana. Ay 47, sangat luar biasa. Tiap hari selalu ada orang baru yang datang bergabung ke Bait Allah. Saya percaya bahwa hal seperti ini pasti menjadi kerinduan setiap hamba Tuhan, bahwa gereja yang dipercayakan Tuhan kepadanya selalu menuai jiwa-jiwa baru. Bukan pindahan dari gereja tetangga, tetapi benar-benar jiwa baru.

Ternyata, Alkitab memberitahukan kepada kita, bahwa mengenai penambahan jiwa-jiwa baru di gereja itu bukanlah urusan manusia, tetapi urusan Tuhan.

Jika demikian, apa yang menjadi bagian kita dan yang harus dilakukan oleh kita sebagai orang percaya?

Dari semua informasi tentang kegiatan yang dilaksanakan oleh Jemaat mula-mula, yang terpenting dan menarik bagi saya adalah informasi pada ay. 41. Di sana ada kata: "Menerima perkataan".

Apa yang mereka terima?
Yang mereka terima adalah perkataan Petrus (khotbah Petrus), psl 2:14-40. Dan Alkitab memberitahukan kepada kita juga bahwa "penerimaan" mereka terhadap khotbah Petrus, sampai menggugah hati dan pikiran mereka. Mereka memberi diri untuk dibaptis.

Artinya, mereka sungguh-sungguh menyadari bahwa mereka perlu Yesus Kristus yang disalibkan. Mereka menyadari bahwa mereka orang-orang berdosa yang perlu pengampunan. Mereka menyadari bahwa mereka harus meninggalkan gaya hidup yang lama dan belajar hidup di dalam Yesus Kristus.

Hari itu juga, kira-kira ada tiga ribu jiwa dibaptis. Luas biasa!

Saya juga menemukan beberapa hal ini:
Dampak dari Penerimaan mereka tersebut:
- Menggerakkan mereka untuk bertobat dan dibaptis.
- Menggerakkan mereka untuk tetap bertekun dalam pengajaran (ay. 42).
- Menggerakkan mereka untuk tetap bersatu dan bersekutu (ay. 44).
- Menggerakkan mereka untuk memiliki hidup yang berdampak kepada sesama; Hidup saling berbagi, saling memperhatikan kehidupan sehari-hari (ay 45-46).
- Mengarahkan dan memelihara mereka untuk tetap berorientasi kepada Allah. Selalu ada pujian yang hidup untuk Tuhan (ay. 47).

Penerimaan yang sungguh-sungguh kepada firman Tuhan ternyata dapat memberi dampak yang luar biasa dalam hidup setiap orang percaya.

Jika hidup orang percaya saat ini tidak berdampak kepada dirinya, tidak berdampak kepada keluarganya, tidak berdampak kepada rekan-rekan di gereja, dan juga kepada tetangganya, di manakah letak kesalahannya? Saya percaya, kesalahannya ada pada "penerimaan" orang tersebut terhadap firman Tuhan.
Saudara, bagaimana dengan kesungguhan anda dalam menerima firman Tuhan? Apakah saudara sungguh-sungguh menerimanya sebagai firman Tuhan, atau saudara hanya mendengarnya sebagai rutinitas kebaktian minggu dan saudara hanya menganggapnya sebagai perkataan biasa dari pendeta, penginjil atau hamba Tuhan?

Apakah saudara mengijinkan firman Tuhan yang berkuasa itu mengoreksi hidup saudara? Dan memberikan tempat yang sangat utama kepada firman Tuhan?

Penerimaan terhadap firman Tuhan. Itulah yang menjadi penentu kehidupan kita selanjutnya di dalam Dia.

Karena itu, mari belajar menerima firman Tuhan dengan lebih sungguh-sungguh lagi dalam hidup kita.

Tuhan Yesus memberkati kita semua.